Minggu, 30 Mei 2010
The Varukers
The Varukers are a UK D-beat band formed in 1979 by vocalist Anthony "Rat" Martin, which produced its most influential recordings in the early 1980s. The band are one of the first to play in the musical style of the hardcore punk band Discharge, known as D-beat. Also, like Discharge, The Varukers' lyrics carry an anarchist political ideology.
History
When the Varukers were recording in the early 1980s, they were part of a broader trend known as "UK 82", Second Generation Punk, or UK Hardcore. Bands such as The Varukers, Discharge, Chaos UK, Amebix, and Charged GBH took the existing 1977-era punk sound and melded it with the incessant, heavy drumbeats and "wall of sound" distortion guitar sound of New Wave of British Heavy Metal (NWOBHM) bands such as Motörhead. The new, harder-edged style also tended to use much darker, more nihilistic, and more violent lyrics, and vocals were often shouted rather than sung.
While the Varukers split in 1988, vocalist Rat put the band back together in 1993. Stylistically their 1990s-era music resembled the traditional UK82 style. Since the band had former members of Discharge, a D-beat sound developed as time went on. The band has gone through many line-up changes over the years with the only constant member being Rat on vocals. They have recently released a retrospective CD on SOS Records.
Even with Rat splitting his time between The Varukers and Discharge, the Varukers continue to tour. They shared a headlining spot with such acts as Broken Bones, The Adicts, Vice Squad and GBH at the ill-fated British Invasion 2k6 concert festival in San Bernardino, California which ended in rioting.
Guitarist Sean is the manager of public house The Old Angel Inn in Nottingham, United Kingdom.
They are currently writing new material for a new album.
Discography
* Protest and survive EP (1981)
* I Don't wanna be a victim EP (1982)
* Die for your government SINGLE (1982)
* Bloodsuckers ALBUM (1983)
* Led to the slaughter EP (1984)
* Another Religion Another War EP (1984)
* Massacred millions EP (1984)
* One Struggle One Fight LP (1984)
* Prepare For The Attack LP (1986)
* Nothing changed EP (1994)
* Deadly Games LP, CD (compilation) (1994)
* Still bollox but still here (re-release of old tracks) CD (1995)
* Murder LP, CD (1998)
* How Do You Sleep? (2000)
* Riot City Years: '83-'84 CD (2004)Punk Core Records
* Punk Singles 1981–1985 CD (2005)
* 1980–2005: Collection Of 25 Years CD (2006) re-recorded tracks
* Killing Myself to Live CD (2009)
* Murder / Nothing' Changed LP (Re-Issued 2010)on Rodent Popsicle Records
SEJARAH KOMUNITAS PUNK JAKARTA
Untuk memahami komunitas punk Jakarta, penjabaran dari waktu ke waktu diperlukan. Pembabakan diperlukan agar sejarah dengan dimensi waktunya yang bersifat diakronik dan berhadapan dengan batas dimensi ruang yang bersifat sinkronik bisa dipahami, sehingga memungkinkan penelurusan lebih mendalam secara sosiologis.
Para pelaku komunitas punk dapat dilihat melalui individu (orang-perorang) dan kelompok (secara kolektif) seperti band atau geng (tongkrongan). Selanjutnya, meminjam Stacey Thompson, pelaku dalam komunitas punk secara historis dipengaruhi oleh empat unsur utama di dalam counterculture punk, yaitu a) musik, b) fashion (busana), c) tongkrongan dan d) pergerakan (pemikiran). Keempat unsur ini hadir di dalam komunitas punk tidak pada saat bersamaan.
Akhir tahun 1980-an: Periode Pra-Punk Jakarta
Pada periode ini, deklarasi eksistensial akan adanya komunitas Punk Jakarta secara individual maupun kelompok belum dapat ditemukan. Tidak mengherankan karena, seperti ditulis Wendi Putranto (2004), genre musik yang sedang berkembang pada periode akhir 1980-an itu adalah genre musik thrash metal. Roxx, Adaptor, Mortus, Sucker Head, Painfull Death, Rotor adalah beberapa band tanah air yang penting yang ada pada era ini. Wendi Putranto juga mencatat bahwa eksistensi scene musik thrash metal ini tidak terlepas dari pentingnya keberadaan Pid Pub sebagai tempat pertunjukan musik yang terletak di pertokoan Plaza Pondok Indah di Jakarta Selatan. Uniknya, Pid Pub sebagai lokus interaksi para pelaku musik secara tidak langsung juga menciptakan pra kondisi bagi lahirnya generasi punk pertama di Jakarta. Banyak diantara penggemar-penonton musik thrash metal di Pid Pub yang kemudian menjadi pionir-pionir berdirinya generasi punk pertama di Jakarta.
Beri, vokalis Anti Septic - band punk berpengaruh di kalangan komunitas punk Jakarta, menuturkan pada saya bahwa di masa SMA ia kerap hadir pada acara-acara yang berlangsung di Pid Pub. Di sanalah Beri bertemu dengan Acid, juga seorang penggemar musik metal . Mereka berdua inilah yang nantinya membentuk salah satu band pionir generasi pertama punk di ibukota.
Fashion sebagai salah satu elemen penting di komunitas punk sudah dapat ditemukan pada periode pra- punk ini. Dandanan punk dengan menggunakan jaket ala The Ramone sudah terlihat. Kehadiran punk di era tahun 1980-an juga terlihat pada film ”Menggapai Matahari” dengan pemeran utama Rhoma Irama. Dalam film itu punk digambarkan sebagai kelompok yang berperilaku deviatif. Pada salah satu bagian film, yaitu ketika Rhoma Irama manggung, terdapat figuran sekumpulan anak punk yang menghancurkan tempat pertunjukkan sebagai perusuh.
Menjelang akhir periode 1980-an terdapat peristiwa-peristiwa penting yang menandai proses terbentuknya generasi punk pertama di Jakarta. Muncul individu-individu yang dapat dicatat sebagai pionir. Nama-nama seperti Feri Blok M, Dayan The Stupid, dan Udet dari Young Offender hadir sebagai aktor-aktor awal generasi punk pertama, tentu bersama banyak nama lain.
Beri, misalnya, bertemu dengan Feri Punk dengan tongkrongannya di daerah Blok M. Di dalam kelompok tongkrongan inilah Beri untuk pertama kalinya mengetahui band punk Inggris Sex Pistols dan D.O.A, sebuah band crossover-punk. Taba, salah seorang pendiri Young Offender, mengaku pada saya bahwa dari Udet-lah ia ’berkenalan’ dan memahami punk.
Pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan generasi pertama punk mungkin datang dari Dayan, dengan bandnya The Stupid. The Stupid sendiri acap kali disebut sebagai band pertama di Jakarta yang membawakan musik punk di sekitar akhir tahun 1989. Sosok Dayan dan The Stupid setidaknya cukup berpengaruh bagi aktor seperti Eko Idiots, Beri Anti Septic, Aca Answer, dan beberapa nama lainnya.
Eko Idiots mengutarakan kesannya mengenai Dayan dan The Stupid pada saya:
“…dulu ada band sebelum adanya Young Offender, namanya The Stupid. Itu terkenal banget vokalisnya namanya Dayan. Dia ada di setiap acara metal, dari tahun 89 acara metal udah booming kan!? Itu punk udah ada. Dulu tuh The Stupid itu kalo main, kalo dibilang gue nge-punk, itu gue ngeliat The Stupid. Gue ngeliat dia maen, dia udah nge-punk banget, gaya-gayanya, dia udah Sex Pistols banget. Malah mereka bikin baju waktu itu bukan Sex Pistols, ex pistol. Mereka udah pake kalung rantai…”
Sedangkan Beri memberikan kesaksian terhadap Dayan dan The Stupid begini:
“…iya The Stupid, dulu gua sempet nonton. Dia cuman maen sekali doang. Asal, bawain hardcore-punk aja…Tahun 91. eh taun 90, di SMA 6…hem, gak sih kalo gua bilang. Dia tuh gak terkesan punk gitu. Jadi itu band Stupid itu yah, walaupun dia gak pernah klaim (bahwa dia punk), bukan maksudnya Stupid itu gua bilang bukan band sih. Seasonan doang. seasonan sekali maen, bubar itu doang, pernah maen bubar itu doang. Pernah maen di SMA 6. jadi, waktu Roxx band maen, sebelum Roxx band maen tuh diserobot, tau gak lu….iya, jadi Roxx band belum maen nih. Lagi nyetem-nyetem, tau-tau gitarnya diambil, bass-nya diambil, mereka nyerobot maen dua lagu-atau tiga lagu gitu. Tapi asal-asalan gitu, kayak model-model sekarang nih model-model crustylah…hahaha. Ya kayak begitu gitu, nah itu bikin gua kaget juga di situ… Oh iya itu juga sih, yang agak-agak mempengaruhi gua juga sih, mereka The Stupid. Jadi gua bikin band tuh, agak-agak bukan gua pengen kayak Stupid ye. Tapi gua ngeliat personalnya mereka. Kayaknya asik aja...”
The Stupid, band season yang terbentuk dari scene Pid Pub, beranggotakan Glen, Dayan dan Ari sang drummer band Roxx. The Stupid merupakan salah satu kelompok di scene Pid Pub yang berorientasi musik crossover hardcore/punk, selain thrash metal. Terlepas dari kontroversi tahun eksistensi dan seberapa lama mereka ada, tidak dapat dipungkiri Dayan dan The Stupid merupakan aktor yang berpengaruh bagi lahirnya generasi punk Jakarta pertama. Begitulah. Seperti amuba yang memecah sel tubuh untuk berkembangbiak, maka dari tubuh scene thrash metal mulai mengeluarkan embrio-embrio bagi terbentuknya sebuah sel yang nantinya menjadi komunitas punk.
Lahirnya Generasi Punk Pertama (1989/90 – 1995)
Membicarakan generasi punk pertama di Jakarta tidak terlepas dari beberapa aktor yang tergabung di dalam kelompok seperti Anti Septic, Young Offender (Y.O), South Sex (S.S) dan South Primitive (S.P). Pada periode 89/90-1995 ini Anti Septic dan Young Offender merupakan kelompok yang memiliki pengaruh besar terhadap dinamika komunitas punk ini.
Anti Septic dapat dikatakan sebagai band punk pertama Jakarta. Setidaknya ini dapat dilihat dari keterlibatan Beri di Pid Pub, dan keterlibatan Anti Septic di acara musik scene thrash metal di tahun 1990 yang diadakan oleh MOTOR (Morbid Trasher Organization).
Sedangkan Young Offender merupakan kelompok tongkrongan (kolektif) pertama di Jakarta. Selain itu, Young Offender juga dapat dikatakan sebagai kelompok pertama pengorganisasi acara musik khusus punk.
Terbentuknya Anti Septic tidak terlepas dari persahabatan yang terjalin diantara Beri dan Acid. Di awal tahun 1990, Beri bertemu kembali dengan Acid di sebuah acara musik di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Waktu itu, Acid (gitar/vokal) bersama Codot (bass) dan Gandung (drum) yang bergabung dalam band Dickhead tampil di situ. Dickhead membawakan lagu-lagu dari kelompok punk Barat yang legendaris, Misfit dan Exploited. Saat Dickhead membawakan lagu ”Fucking U.S.A” dari Exploited, Acid lupa lirik lagu yang dibawakannya itu. Akhirnya, Acid meminta penonton untuk membantu dia menyanyikan lagu itu.
Beri yang berada diantara penonton naik keatas panggung, menyanyikan lagu ”Fucking U.S.A.” bersama dengan Dickhead. Selesai manggung, Acid menghampiri Beri, mengajaknya untuk membentuk band baru. Anti Septic terbentuklah sebagai band punk pertama dan sejarah generasi pertama mulai terukir. Berbeda dari Dickhead atau the Stupid yang sifatnya seasonal, Anti Septic secara konsisten mengibarkan bendera punk.
Panggung pertama Anti Septic adalah di Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta Selatan dalam acara MOTOR (Morbid Thrasher Organization). Di sana, penonton yang didominasi musik thrash metal mentertawakan mereka, karena musik yang mereka mainkan berbeda dengan trend. Selain itu, penampilan personil Anti Septic dengan potongan plontos amat kontras dengan mayoritas pecinta musik thrash. Aksi panggung Septic yang melompat-lompat dan melakukan stage diving juga menjadi bahan tertawaan. Aksi pertama Septic ini hanya didukung oleh sekitar 12 orang penonton yang ikut bernyanyi dan melakukan slam dancing di depan panggung.
Peristiwa penting terjadi setahun kemudian saat Anti Septic bermain di Granada (Graha Purna Yudha) dalam acara Rock and Rhytm. Ketika itu, formasi Septic sudah berubah. Pemain bass, Codot, mengundurkan diri dan digantikan oleh Lukman Buluk. Lukman Buluk pada tahun 1990 merupakan 1 dari 12 orang yang menonton Septic di acara MOTOR di GOR Bulungan itu.
Tanpa diduga oleh Beri dan Acid, para penonton yang mendukung mereka bertambah besar jumlahnya. Sebelum pertunjukkan di Granada ini mereka biasanya hanya di dukung paling banyak 30 penonton. Di Granada, untuk pertama kalinya, Septic bermain dihadapan lebih dari 100 penonton. Ternyata penampilan mereka di Granada sudah ditunggu-tunggu oleh penonton para pencinta musik crossover punk ini. Acara musik menjadi kisruh, para pendukung Septic melakukan slam dancing dan moshing. Acara pun berubah menjadi arena lempar bangku. Panitia acara meminta Septic berhenti bermain. Namun mereka menolak, penonton pun meminta mereka meneruskan bermain satu lagu. Peristiwa ini menjadi momen penting menandakan bahwa komunitas punk mulai tumbuh.
Pada tahun 1992 terdapat sebuah klub di bilangan Pancoran-Gatot Subroto bernama Black Hole. Tempat ini sering didatangi oleh anak-anak metal Jakarta. Beri sendiri sering menghadiri acara-acara di klub tersebut. Musik-musik yang dimainkan di Black Hole terutama adalah Nirvana, Pearl Jam, dan Jane’s Addiction sampai dengan musik progresif. Di klub inilah untuk untuk pertama kalinya Beri bertemu dengan segerombolan anak punk dengan dandanan ala Sex Pistols dan The Exploited.
Black Hole menjadi saksi sejarah terbentuknya kelompok tongkrongan punk Jakarta pertama. Gerombolan yang diidentifikasi oleh Beri tersebut adalah anggota Young Offender. Young Offender dengan rambut spiky hair dan mohawk-nya memulai eksistensi mereka dengan mengisi acara di Black Hole. Submission, salah satu band di bawah payung kelompok Young Offender, dengan Ondy sebagai vokalisnya, menjadi band tetap di sana. Mereka membawakan lagu-lagu band-band Inggris mulai dari Sex Pistols, The Exploited, GBH dan Blitz. Maka, tahun 1992 ini mencatat lahirnya dua kelompok berpengaruh di periode generasi pertama punk Jakarta: Anti Septic sebagai band punk pertama dan Young Offender sebagai kelompok-tongkrongan punk pertama di Jakarta
Young Offender terbentuk pada tanggal 30 September 1992.
Berdirinya Young Offender tidak terlepas dari dua nama penting, Ondy dan Taba. Ondy dan Taba pertama berkenalan saat mereka bertemu di IKJ. Mereka saling mengidentifikasi melalui kaos yang mereka gunakan. Taba yang waktu itu menggunakan kaos Black Flag “Fuck the Police” (nama band punk yang dimotori Sting itu) menarik perhatian Ondy. Perkenalan pun terjadi. Tempat tinggal Ondy berada di daerah Slamet Riadi. Sedangkan Taba bersekolah di SMA 68, yang kebetulan berdekatan dengan tempat Ondy tinggal. Mereka akhirnya sering bertemu di daerah Slamet Riadi.
Setelah sering bertemu, Ondy dan Taba bersepakat untuk membentuk kelompok punk Young Offender. Nama Young Ofender diambil dari kaset Punk Disorderly untuk merepresentasikan semangat anak muda yang membangkang, seperti yang dituturkan oleh Taba kepada saya:
”ada satu nama young offender itu mewakili anak-anak muda terus dengan sikapnya yang yang berantakan gitu. Kita pilih tag line dengan nama itu karena di beberapa majalah luar yang kita liat juga, kosmologi anak muda untuk punk rock itu lebih diangkat dibandingkan orang-orang yang punya umur waktu itu. Nah, kita pilih dengan nama young. Terus ada satu lagi, kalo lo liat 1928, Young Java, Young Sumatra yang kayak gitu itu merupakan bentuk-bentuk pergerakan. Kita gak mengklaim kita diri kita punya suatu politis itu, kita gak berkaitan gitu yah. Cuman, sebagai suatu apa, filosofi gerakan anak muda dinyatakan dengan young kemudian kelakuan yang anarkis itu dengan offender kayak gitu”.
Young Offender dibentuk berdasarkan ketertarikan dengan punk rock dan keinginan mereka untuk mengorganisirnya menjadi sesuatu yang dapat mereka lakoni. Selain itu, secara sendiri-sendiri mereka mengalami kesulitan untuk keluar dengan menggunakan atribut punk, karena masyarakat melihat mereka dengan aneh. Sering mereka harus menghadapi ejekan “woi ayam jago” oleh masyarakat. Perkelahian dengan masyarakat awam serta preman kerap terjadi. Membentuk sebuah kelompok menjadi alternatif untuk melindungi diri sendiri.
Dengan resiko besar seperti perkelahian, Young Offender memutuskan untuk menerapkan kaderisasi bagi anak-anak baru yang bergabung dengan kelompok mereka. Kaderisasi berlangsung ketat, seperti Ospek penerimaan mahasiswa baru. Selain itu, mereka secara eksklusif membatasi peredaran kaset atau literatur mengenai punk. Tujuannya agar tidak tejadi kesalahpahaman anggota-anggota Young Offender terhadap filosofi punk itu sendiri.
Kegiatan kelompok ini berpusat di daerah Slamet Riadi, maka mereka dikenal sebagai SLAMER. Beberapa kegiatan mereka lakukan. Misalnya membuat live band, mendirikan Slamer Production untuk mengorganisir acara, dan melakukan march. March merupakan tradisi Young Offender melakukan parade keliling Jakarta dengan berjalan kaki atau naik bis. Sebelum march, mereka bersiap-siap dengan menggunakan dandanan punk mulai dari rambut mohawk, spiky hair, rantai dipakai sebagai kalung, peniti sampai dengan sepatu boots. Kegiatan march mereka biasanya berakhir di stasiun Dukuh Atas untuk minum-minum bir dan nongkrong.
Submision merupakan live band pertama yang terbentuk di bawah payung Young Offender. Band ini didirikan oleh Ondy, Sandi, Feri dan Levi (gitaris band The Fly). Acara pertama yang diadakan oleh Young Offender adalah acara di klub Black Hole. Setelah Submission, di dalam kelompok Young Offender terbentuk band-band seperti: Pistol Aer, The Explosion, Sex Pispot, The Pogo, Wonder Gel dan Punk Tat. Pistol Aer di tahun 1993 dengan memainkan lagu-lagu Sex Pistols seperti “God Save the Quen” menjadi salah satu band berpengaruh di era generasi punk pertama di Jakarta.
Scene Black Hole hanya dapat bertahan selama tahun 1992. Bulan-bulan akhir tahun 1992 menandai pergantian tempat acara musik punk ke Hotspot (pije-pije) Pub&Café. Seruan pamflet yang tersebar di seluruh Jakarta mendorong penggemar musik punk mendatangi tempat ini untuk meramaikan dan menyaksikan acara punk yang dapat dikatakan besar (pada era tersebut). Hotspot disesaki oleh para punks yang ingin menyaksikan band-band lokal. Acara di tempat ini biasanya berlangsung malam Jumat, dari pukul 8 malam sampai dengan 1 dini hari dengan harga tiket 7000 ribu rupiah + soft drink.
Sebuah kelompok payung punk lain, South Sex, pada era Hotspot ini mulai terlihat, dengan Idiots sebagai salah satu bandnya. Belakangan, South Sex tumbuh menjadi salah satu kelompok-tongkrongan punk yang berpengaruh. Selama setahun lebih Hotspot menjadi penanda eksistensi komunitas punk Jakarta generasi pertama. Akhir tahun 1993 atau awal tahun 1994 menjadi masa terakhir bagi keberadaan Hotspot sebagai tempat acara. Di tahun itu, pada sebuah hari minggu, di pelataran stadion mini Lebak Bulus terjadi perkelahian antara anggota kelompok punk dengan preman sekitar. Peristiwa ini mengakibatkan acara musik khusus punk yang diadakan oleh komunitas punk menghilang beberapa waktu lamanya.
Dinamika Generasi Pertama Punk Jakarta
Lahirnya generasi pertama punk Jakarta tidak terlepas dari peran sosialisasi beserta media yang terdapat di dalamnya. Ada beberapa jenis hubungan yang terjadi di dalam periode generasi pertama ini. Udet, salah satu orang yang berpengaruh di Young Offender, menjalin interaksi langsung dengan komunitas punk di Amerika. Selain itu ada beberapa individu yang pernah ke luar negeri. Mereka ini mendapatkan sumber-sumber punk seperti literatur, kaset, majalah dan aksesoris. Individu-individu ini dapat dikategorikan sebagai mereka yang mengalami indirect contact dengan punk luar negeri melalui media seperti karya, rekaman dan legenda.
Ondy pergi keluar negeri dan mendapatkan koleksi-koleksi piringan hitam dan CD terutama genre industrial. Dengan koleksi-koleksi yang dimiliki Ondi dan Dedi, Udet menjalin hubungan pertemanan dan saling tukar-menukar koleksi-koleksi punk. Selain itu, ada Evi seorang perempuan yang memiliki band Punk Tat yang pernah tinggal di Jerman. Dari pengalamannya tinggal di sana, Evi mendapatkan literatur dan kaset band punk Jerman.
Melalui toko-toko kaset klasik seperti Duta Suara di Jalan Sabang, generasi punk pertama ini mendapatkan akses mediated contact melalui kaset karya-karya punk luar negeri. Feri dengan kelompok punk-nya menghabiskan waktunya di daerah yang belakangan menjadi Blok M Plaza yang berseberangan dengan toko kaset Duta Audio. Selain kaset, ada majalah skate board seperti Trasher yang di dalamnya memuat iklan-iklan kaset dan kaos-kaos band punk Amerika seperti Black Flag, Minor Threat, Desecendant dan Dead Kennedys.
Bagi Anti Septic, band-band punk Amerika seperti Dead Kennedys, Black Flag adalah sumber inspirasi. Pengaruh band Amerika ini juga terlihat pada gaya fashion Anti Septic yang mengikuti band-band tersebut: kaos, sepatu vans, kepala botak dan rambut cepak. Sedangkan Young Offender mengikuti band-band Inggris, seperti The Sex Pistols, Exploited, band-band yang berada di kompilasi Punk and Disorderly seperti The Blitz, Exploited, Abrasive Weel, The Insane, The Mob, dan chaos UK.
Young Offender merupakan kelompok yang pertama tampil sebagai punk dengan gaya dandanan mohawk, spiky hair, kalung rantai dan sepatu boots. Hal penting yang perlu dikemukakan bahwa komunitas yang didominasi oleh laki-laki ini tidak mutlak hanya dijalani oleh laki-laki. Evi dengan bandnya Punk Tat dikenal sebagai band punk perempuan pertama. Selain itu terdapat Wonder Gel, band beranggotakan perempuan yang bergabung dengan kelompok Young Offender.
Interaksi yang berlangsung diantara sesama punk pada periode generasi pertama ini memiliki beberapa ciri khas. Pertama, ada arus pertukaran kaset yang intensif. Fenomena ini dapat dilihat sebagai tape syndicate (sindikasi kaset), dimana proses tukar-menukar kaset terjadi diantara mereka. Kedua, melalui kaos-kaos yang dikenakan, seorang individu punk dapat mengidentifikasi individu punk lainnya. ”Bahasa Kaos” sebagai identitas punk mendorong mereka untuk saling berkenalan. Ketiga, band-band punk generasi pertama masih membawakan lagu-lagu dari band-band luar negeri yang mempengaruhi mereka.
Tahun 1994 mencatat banyaknya perubahan. Setelah kejadian perkelahian diantara anak punk dengan preman di daerah Lebak Bulus, acara-acara musik khusus punk perlahan menurun dan menghilang. Manari, sebuah klub di daerah Gatot Subroto, sempat menjadi alternatif tempat bagi band-band punk bermain musik. Alternatif lain untuk bermain musik adalah dengan tampil pada acara-acara yang diadakan oleh SMA seperti SMA 82 (Kresikars), Pangudi Luhur (PL Fair), SMA 6 (Pamsos) dan universitas-universitas seperti UNAS, Jayabaya, Gunadarma dan ITI.
Perubahan yang memberikan pengaruh besar terhadap keberadaan komunitas punk terjadi saat Young Offender mengalami krisis eksistensial. Setidaknya terdapat tiga faktor yang mendorong terjadinya perubahan di dalam tubuh Young Offender. Pertama, perubahan genre musik yang dibawakan oleh live band yang tergabung dalam kelompok ini. Ondi dengan Submission-nya mulai membawakan lagu-lagu dari Jane’s Addiction dan lagu band industrial seperti Nine Inch Nail (NIN) dan Ministry. Sedangkan Pestol Aer, yang sebelumnya mendominasi panggung dengan lagu-lagu dari Sex Pistols, mengubah genre musik mereka menjadi genre musik britpop dengan meng-cover lagu-lagu dari Oasis. Perubahan jenis genre musik Young Offender ini, terutama Pestol Aer, berdampak pada munculnya komunitas dan scene baru, yaitu Britpop dengan band-band seperti Chapter 69 dan Rumah Sakit. Di lain pihak, perubahan ini mendorong hilangnya pengaruh Young Offender sebagai kelompok yang mendominasi generasi punk pertama di Jakarta.
Perubahan kedua yang dialami Young Offender adalah terjerumusnya beberapa anggotanya dalam penggunaan obat-obat terlarang. Banyak diantara mereka yang mengalami over dosis dan mempengaruhi kesolidan kelompok ini. Ketiga, kaderisasi ketat dilakukan Young Offender justru mendorong mereka yang bersimpati dan ingin bergabung malah meninggalkan mereka dan membentuk kelompok punk sendiri. Perlahan tapi pasti, dominasi Young Offender menghilang.
Perubahan ini menciptakan stagnasi di tengah komunitas punk di Jakarta. Momentum transisi muncul ketika pada tahun 1995 diadakan sebuah acara punk besar yang bertempat di Auditorium Gelanggang Olah Raga (GOR) Bulungan Jakarta Selatan. Setiap punk yang haus akan acara datang untuk meramaikan acara ini.
Acara di GOR Bulungan ini diorganisir oleh South Sex dengan nama ”Apresiasi Musik dan Seni”. Band-band yang bermain adalah The Idiots, Anti Septic, Explosion, The Pogo, Kardus TV dan masih banyak lagi. Proses transisi terpicu dan South Sex menciptakan momentum bagi bergeraknya sejarah punk menuju periode yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh generasi sebelumnya.
Periode Kedua: Terbentuknya Fondasi Ekonomi Punk Jakarta (1996-2001)
Sejarah komunitas Jakarta Punk memasuki periode baru dengan berbagai macam kompleksitas dan dinamikanya tersendiri. Tempat pertunjukkan baru bermunculan. Poster Cafe di daerah Gatot Subroto dan Harley Davidson Cafe di daerah Pulo Mas menjadi tempat acara yang dapat bertahan cukup lama. Selama tahun 1996 – 2001 ini juga terdapat beberapa tempat pertunjukan musik punk di Jakarta seperti GOR Rawa Kambing, Universitas Mercu Buana, Bengkel Bekas, Auditorium Menpora Senayan, Tanah Kosong Brimob Ciputat, UNISMA Bekasi, Auditorium Bulungan, GOR Bendungan Hilir, GOR Pondok Kelapa Kali Malang, GOR Cengkareng, Universitas Budi Luhur. Namun semuanya tidak dapat bertahan lama.
Poster Cafe merupakan tempat yang paling lama bertahan dari tahun 1996 sampai dengan 1999. Poster Cafe, yang berada tepat di Museum Satria Mandala dengan kapasitas 2000 orang, berpuluh-puluh kali menjadi saksi bisu bagi perkembangan periode kedua sejarah punk di Jakarta
Eksistensi Poster tercatat bermula pada 29 September 1996 dengan acara pertama bertema ”Underground Session”, sebuah acara dua mingguan yang tidak hanya diisipunk, tetapi juga berisi berbagai genre musik. Seperti ditulis oleh Wendi Putranto, 10 Maret 1999 menjadi hari kematian Poster Cafe untuk selama-lamanya. Untuk terakhir kalinya diadakan acara musik ”Subnormal Revolution” yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar. Kerusuhan ini menghancurkan beberapa mobil, memaksa aparat kepolisian dalam membubarkan massa.
Setelah surutnya Young Offender, di daerah Jakarta Timur-Utara-Pusat muncul kelompok yang cukup berpengaruh seperti Subnormal dengan band-band-nya seperti Army Style dan 142 Chaos. Juga muncul kelompok Sid Gank dengan band-nya seperti RGB dan Pinokio. Subnormal dan Sid Gank menjadi pelopor bagi berlangsungnya acara-acara di Harley Davidson Cafe. Cafe yang berkapasitas kurang lebih 200 orang ini memiliki kelebihan yang dapat digunakan pada siang hari ataupun malam hari. Tidak berlangsung lama, tempat acara dipindahkan di lapangan parkir tepat di halaman belakang Cafe. Harley Davidson juga menjadi tempat bagi awal berkembangnya komunitas hardcore dan skinheads di Jakarta.
Perkembangan skinhead di Indonesia secara khusus diteliti oleh Dina Indrasafitri dalam penelitian antropologisnya Sejarah Perkembangan Subkultur Skinhead Serta Keberadaannya di Indonesia: Studi Terhadap Kelompok Distro Warriors Jakarta (2005). Sebuah bagian penting dalam studi ini adalah catatan atas kehadiran Uti, seorang yang diklaim sebagai skinhead pertama di Indonesia. Uti mendapatkan pengetahuan skinhead dari pengalamannya tinggal di luar negeri. Seperti dicatat oleh Dina Indrasafitri, Uti kemudian berinteraksi dengan sekelompok anak punk yaitu ”anak pejaten” yang nantinya menjadi salah satu kelompok pionir komunitas skinhead di Jakarta. Proses sejarah ini menjadi penting karena keterkaitan historis diantara punk dan skinhead begitu kuat.
Dinamika dalam Periode Kedua Punk Jakarta
Runtuhnya dominasi kelompok Young Offender mendorong terjadinya desentralisasi kekuatan di komunitas Jakarta Punk. Konfigurasi aktor-aktor di komunitas punk mengalami perubahan mendasar. Dari setiap penjuru Jakarta bermunculan kelompok-kelompok tongkrongan punk mulai dari Subnormal, Sid Gank di Jakarta Timur dan Utara; Slumber, Neo Epileptions dan Meruya Barmy Army di daerah Jakarta Selatan, Swlindle Revolution di daerah Ciputat, Miracle di Ciledug, PLN di daerah Blok M. Kelompok-kelompok tongkrongan ini pada gilirannya melahirkan begitu banyak live band seperti Army Style, RGB, 142 Chaos, Pinocio, Kremlin, Sunquist, Error Crew, Out of Control, Spatistik, Sexy Pigs, Kaos Khaki dan masih banyak lagi.
Setelah acara GOR Bulungan di tahun 1995 yang saya bahas sebelumnya, intensitas interaksi diantara sesama individual semakin besar. Ari Idiots sebagai salah satu saksi dan pelaku sejarah menggambarkan proses tersebut pada saya begini:
”datang (ke acara) berdua besok-besoknya lagi loe bakal datang ke acara berenam-berdelapan, emang nggak bisa dipungkiri, acara-acara punk pada 95 dan seterusnya itu sampai 96, itu memancing semua orang untuk membuat suatu jalinan pertemanan, akhirnya, gua yang misalnya seorang individual datang ke acara punk begitu, besok-besoknya gua pasti sudah nggak individual lagi, pasti gua nongkrong dimana-mana. Jadi ibaratnya disitu benar-benar terjalin sebuah tali pertemanan, semua orang bisa bikin acara-acara kolektif, pada saat itu, berdasarkan gank-gank aja, anak SS bikin acara, anak Slumber bikin acara, jadi berdasarkan tongkrongan-tongkrongan tersebut”
Hadirnya begitu banyak kelompok-tongkrongan ini dapat dilihat sebagai era lahirnya gank-gank di tengah komunitas punk. Salah satu faktor penting yang menyatukan individu-invidu di dalam kelompok-tongkrongan adalah faktor daerah. Individu-individu yang berasal dari daerah yang sama memiliki rute perjalanan pergi-pulang menuju tempat acara yang sama. Hal ini mendorong individu-individu tersebut saling kenal dan mempersatukan mereka. Namun, salah satu dampak negatif dari terbentuknya gank-gank atau kelompok-tongkrongan ini adalah sering terjadinya perkelahian. Perkelahian sering terjadi di setiap acara musik punk akibat adanya masalah-masalah interaksi dan kesalahpahaman yang memicu terjadinya konflik.
Seiring dengan bertambah banyaknya kelompok-tongkrongan di dalam komunitas punk Jakarta, media sosialisasi musik punk juga mengalami perubahan yang signifikan. Di akhir tahun 95/96, komunitas punk di Jakarta mulai mengenal medium musik melalui compact disc (CD). Duta Suara sebagai salah satu toko kaset klasik menyediakan CD-CD punk yang sebelumnya tidak ditemukan. Mereka yang tertarik mengkonsumsi CD biasanya berpatungan untuk mendapatkannya, dengan harga berkisar diantara 40-50 ribu.
Ada juga cara lain untuk mendapatkan produk-produk punk dari luar negeri, yaitu mail order. Mail Order ini bersifat tradisional dengan cara mengirim surat dengan berisikan uang pesanan yang dibungkus oleh kertas karbon. Melalui mail order dan katalog-katalog pemesanan dari record label musik punk luar negeri, komunitas punk Jakarta dapat menjangkau begitu banyak band punk yang tidak pernah terdengar di periode sebelumnya. Record label dan katalog-katalog tersebut merupakan sesuatu yang begitu eksklusif bagi komunitas punk.
Di dalam komunitas punk Jakarta tanpa disadari mulai terbentuk pembagian kerja, dimana terdapat individu-individu tertentu yang menjalankan proses mail order tersebut dan menjadi kolektor produk-produk band punk luar negeri. Keberadaan individu-individu ini memainkan peranan penting bagi perkembangan pengetahuan mengenai punk bagi komunitas punk Jakarta.
Melalui aktivitas mail order dan pencarian informasi mengenai punk luar negeri, pengetahuan mengenai dimensi politik dari musik punk pun terbentuk. Masuknya zine Profane Existence dari Amerika ke komunitas punk Jakarta memberikan pengetahuan mengenai pergerakan politik komunitas punk di luar negeri dengan ideologi anarkisme.
Setidaknya terdapat dua pengaruh penting setelah masuknya zine (majalah alternatif) ke tengah komunitas punk di Jakarta. Pertama, masuknya unsur-unsur politik ke dalam perkembangan sejarah komunitas punk Jakarta. Kedua, bertambahnya pengetahuan mengenai kebutuhan akan sebuah media komunikasi antar sesama punk di Jakarta. Media tersebut menjadi media informasi yang terlepas dari monopoli informasi institusi media kapitalistik, seperti majalah musik HAI. Komunitas punk Jakarta berusaha mempraktekkan kebutuhan baru di dalam komunikasi-informasi dengan membuat zine-zine punk.
Ari Idiots merupakan salah satu aktor yang tergerak untuk menciptakan media alternatif ini. Ia bercerita pada saya:
”era-era 97 itu ngedorong gua membuat sesuatu yang namanya zine, kalo gak salah gua juga dapat zine foto kopian yang namanya Sika Apara dari Finland, dari si Jamal awalnya pertama kali, ibaratnya zine yang bener-bener bentuknya kayak sampah yang potong tempel, kemana-mana, gila-gila-an, hitam dan pekat, kecil ukuran A5, itu ngedorong gua untuk wah keren juga nih bikin kayak gini, emang sebelumnya dari kontak-kontak-an, order-orderan itu juga gua ngejalanin…"
Selain masuknya informasi dan pengetahuan punk di luar negeri melalui mediated contact, pada saat yang bersamaan mulai terjalin hubungan direct contact dengan komunitas punk di luar negeri. Direct contact berjalan melalui hubungan interaksi surat-menyurat dengan cara tradisional menggunakan jasa kantor pos. Alamat-alamat band atau records label punk luar negeri di dapat melalui zine seperti Profane Existence tadi. Akhirnya, intensitas interaksi dengan punk luar negeri semakin bertambah dengan merebaknya internet di Indonesia.
Pada pertengahan tahun 1990-an aliran anarcho punk mulai masuk ke Indonesia. Band-band dari Skandinavia dibawah label Distortion Records dan label Amerika seperti Havoc Records memberikan warna dan dinamika baru di Jakarta. Musik hardcorepunk dan crusty mulai dimainkan oleh band-band anak punk di Jakarta. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa band-band membawakan lagu-lagu dengan lirik-lirik yang secara lebih eksplisit mengandung nilai-nilai ideologi anarkisme, seperti anti negara dan kapitalisme.
Lirik-lirik tersebut mulai dipahami oleh komunitas punk di Jakarta. Diantara mereka terjadi sebuah proses dimana diskusi mengenai politik dan ideologi-ideologi besar seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme, anarkisme dan yang lainnya semakin sering dilakukan. Akibatnya, orientasi komunitas punk bergeser, dari bentuk komunitas berdasarkan wilayah mengalami perubahan menjadi bentuk kolektif yang terfokus pada diskusi mengenai kondisi sosial-politik Indonesia. Kondisi sosial politik pra dan pasca reformasi 1998 juga memberikan pengaruh yang signifikan bagi berkembangnya wacana ideologi politik punk di Jakarta.
Masuknya Unsur Ekonomi-Politik Punk
Dinamika sejarah komunitas punk Jakarta tidak terlepas dari pengaruh kondisi struktural masyarakat Indonesia tempat mereka berada. Pengaruh kekuasaan ekonomi-politik di dalam perjalanan sejarah komunitas punk memberikan dampak bagi arah perubahan dan perkembangan komunitas ini. Ini dapat terlihat dari proses kooptasi, komodifikasi dan penyerapan kebudayaan oleh kapitalisme dengan perangkat institusinya seperti media.
Unsur-unsur politik memasuki komunitas punk di saat secara bersamaan perubahan internal dan perubahan eksternal bertemu dalam satu momen historis. Perubahan internal yang didorong oleh masuknya Profane Existence serta band-band aliran crust, hardcore punk dengan lirik-lirik politis mulai mengisi pengetahuan punk Jakarta. Ia juga bersinggungan dengan kondisi sosial politik di era akhir tahun 1997 menjelang masa kejatuhan Soeharto. Wacana anarkisme pun sebenarnya sudah hadir pada generasi pertama, misalnya melalui lagu ”Anarchy in the U.K.” oleh Sex Pistols. Namun adanya lagu-lagu dengan lirik-lirik politis di periode generasi pertama punk Jakarta belum dapat mendorong terbentuk kesadaran politik.
Selain masalah tongkrongan atau batas territorial, dalam studi antropologisnya Fransiska Titiwening (2001) juga membahas permasalahan masuknya dimensi politik di dalam kehidupan komunitas punk Jakarta. Kontestasi identitas punk antara punk politis vis-a-vis punk apolitis atau anarko punk vis-à-vis street punk merupakan bagian dari dinamika komunitas Jakarta punk pada periode 1995-2001. Menurut Fransiska Titiwening, anarko punk sebagai punk yang identik dengan pemikiran anarkis memiliki acuan batas identitas, dengan kriteria masuk dalam keanggotaan kelompok militan politik ketika itu Perhimpunan Rakyat Demokratik (PRD), ikut demo anti pemerintah, dan diskusi politik.
Sedangkan street punk adalah sebutan bagi ‘punk’ yang sering nongkrong di pinggir jalan dan tempat keramaian. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan, kadang berpindah tempat atau berkelana keluar kota.
Situasi politik yang memanas pada tahun 1998 membuat individu dalam komunitas punk merasakan relevansi di antara literatur politis punk dengan realitas politik Indonesia. Persentuhan punk dengan gerakan politik eksternal mulai terjadi disaat adanya individu-individu punk yang menjadi mahasiswa dan bergabung dengan gerakan mahasiswa di universitas tempat mereka belajar. Di luar kampus banyak individu atau kelompok tongkrongan punk yang berafiliasi dengan kelompok-kelompok pergerakan masyarakat sipil seperti Pergerakan Kaum Miskin Kota, dan LSM-LSM lain yang bermunculan pada masa itu.
Pada saat yang bersamaan, kelompok politik kiri PRD melakukan rekrutmen politik kepada kelompok-kelompok punk di seluruh Indonesia. PRD dengan orientasi kader-kader politik anak muda melihat komunitas underground seperti komunitas metal, komunitas punk dan komunitas musik anak muda lainnya sebagai target rekrutmen. Teknik PRD ini memiliki kemiripan dengan British National Party atau National Front di Inggris yang menggunakan anak muda dan komunitas musik sebagai lahan pengkaderan partai politik.
Akhirnya, tanpa menyadari dirinya menjadi alat permainan politik, banyak individu atau kelompok punk yang menjadi underbow kelompok-kelompok politik. Pada periode-periode 1998-2001 banyak individu-kelompok punk ikut dalam demo-demo di jalan yang marak saat itu. Keterlibatan punk di tataran ini toh menghilang beriringan dengan turunya suhu politik disaat memasuki era reformasi. Ketidakjelasan eksistensi PRD dan kesadaran akan diperalatnya individu-kelompok punk juga mematikan keterlibatan komunitas punk dalam politik.
Infiltrasi yang dilakukan oleh kekuatan eksternal komunitas punk seperti PRD dan kelompok kepentingan lainnya sejatinya tidak berhasil menguasai keseluruhan komunitas punk Jakarta. Bertahannya beberapa individu dan kelompok di dalam komunitas punk Jakarta dari infiltrasi terutama didorong oleh kesadaran untuk lebih fokus membangun komunitas punk itu sendiri. Dengan kata lain, pergerakan internal punk yang hadir bersamaan dengan pergerakan politik eksternal dapat meredam pengaruh dan usaha kooptasi dari luar komunitas.
Salah satu nilai yang mempengaruhi komunitas Punk Jakarta untuk tidak terlibat dengan politik praktis adalah slogan “party political bullshit”. Bagi mereka, partai politik adalah pembohong yang menyimpan agenda tersembunyi.
Selain itu, nilai-nilai Do it Yourself (D.I.Y) sebagai bentuk resistensi dengan menciptakan produksi-produksi alternatif menjadi pilihan yang diambil oleh sebagian besar individu-kelompok di dalam komunitas ini. D.I.Y. merupakan metode yang menawarkan bagi mereka yang ingin menjalankannya, menciptakan produksi, dan menguasai alat produksi sendiri, terlepas dari dominasi penguasaan mode of production oleh institusi yang dominan. Nilai ekonomi-politik yang terkandung di dalam semangat D.I.Y ini menjadi landasan bagi proses perkembangan sejarah komunitas punk Jakarta selanjutnya.
Semangat D.I.Y ini begitu kuat tertanam. Peristiwa penting yang terjadi adalah keluarnya produk kaset karya komunitas punk Bandung yang dikenal dengan kompilasi “Bandung Burning” yang berisikan karya band-band punk komunitas Bandung. Pada tahun 1997, sebuah komunitas hardcore Jakarta yaitu Locos mengeluarkan album kompilasi “Walk Together Rock Together”. Album ini berisi karya band-band hardcore seperti Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge, Front Side, Youth Against Facism, Genocide, Secret Agent, Out of Step, dan Cryptical Death.
Selain produksi musik melalui medium kaset, Locos untuk pertama kalinya membuat zine yang berisikan biografi band-band di dalam kelompok tersebut. Produk atau karya-karya tersebut menginspirasikan komunitas punk Jakarta untuk merealisasikan semangat D.I.Y. Akhirnya, mereka membuat karya kompilasi yang dikenal dengan album “Still One Still Proud”, berisikan 13 band punk dari Jakarta seperti the Idiots, Ina Subs, Dead Germ, Total Destroy, MidHumans, SepticTank, Error Crew, Out Of Control, Kremlin, Overcast, Sexy Pigs, Dislike dan Cryptical Death. Karya monumental ini dikeluarkan oleh records label pertama di Jakarta yaitu Movement Records. Tidak berhenti pada produksi kaset, kelompok-kelompok yang berada di dalam komunitas Jakarta Punk mulai memproduksi zine dan menjalankan usaha sablon untuk memproduksi kaos, emblem, pin dan produk-produk lainnya. Memasuki tahun 1999-2001, hampir seluruh band di komunitas Punk Jakarta melakukan rekaman musik dan memproduksi karyanya sendiri. Perkembangan ini tanpa disadari telah menciptakan sebuah pasar alternatif di dalam masyarakat punk. Jaring-jaring distribusi penjualan karya-karya punk mulai terbentuk, tidak hanya di Jakarta. Jejaring ini terbentang dari Bandung, Jogja, Malang, Surabaya, bahkan Malaysia dan Singapura. Tidak terbayangkan bahwa komunitas Punk telah membangun jaringan pasarnya tanpa dapat terdeteksi oleh industri musik besar.
Hadirnya kompilasi “Still One Still Proud” juga menandai berakhirnya era gank-gank yang ada di Jakarta. Kelompok-kelompok di dalam komunitas ini mulai menyadari arti penting dari persatuan dan kebersamaan. Semangat sektarianisme yang mewakili kelompok-kelompok tongkrongan punk di Jakarta mengalami perubahan. Mereka menuju semangat persatuan di bawah satu cita-cita kebersamaan yaitu “Jakarta Punks”.
Proses Transisi
Perkembangan baru komunitas punk ini berpuncak pada tahun 2001. Semangat kebersamaan dan persatuan yang di usung melalui slogan Jakarta Punks dimanifestasikan melalui acara Jakarta Bersatu volume 1, yang diadakan pada bulan Februari 2001. Jakarta Bersatu merupakan titik tolak penting bagi terbentuknya kekuatan basis ekonomi politik di komunitas Jakarta. Band-band yang bermain merupakan band-band yang setidaknya pernah menciptakan karya-karya di dalam rekaman kaset. Kriteria ini menjadi penting mengingat bahwa begitu banyak band yang muncul dan hilang begitu saja tanpa memberikan kontribusi karya-karyanya. Acara ini sebenarnya merupakan acara gabungan dengan genre musik hardcore dan skinhead dengan tujuan mempersatukan komunitas musik yang memiliki latar belakang sama.
Acara Jakarta Bersatu menandakan semakin solidnya komunitas Jakarta Punk. Karena proses pembentukan basis produksi ekonomi dan jaring-jaring distribusi telah berjalan membentuk mekanisme pasarnya tersendiri. Acara ini juga memperlihatkan resistensi melalui penolakan terhadap sponsor yang dianggap sebagai jerat kapitalis. Acara yang dihadiri 5000 hingga 7000 penonton ini menjadi bukti bahwa komunitas punk, hardcore dan skinhead dapat mengorganisir acara dengan kapasitas besar, acara yang sebelumnya hanya dapat dilaksanakan dengan menggunakan donasi sponsor institusi besar.
Mereka yang memasuki komunitas punk pada periode setelah masa transisi ini akan terbentuk kesadarannya untuk menolak major label yang berasal dari industri musik besar.
Punk Jakarta Menuju Komunitas Internasional (2001-2006)
Setelah mengalami proses transisi, Jakarta Punk berkembang menuju bentuk yang berbeda dari periode sebelumnya. Pada periode ini, komunitas punk di Jakarta mengalami intervensi dari kapitalisme melalui komodifikasi dan penyerapan simbol-simbol punk menjadi sesuatu yang diproduksi secara massal. Jika pada pergerakan punk periode kedua pihak industri budaya masih mengganggap punk tidak mempunyai nilai jual tinggi, sekarang mereka berpikir sebaliknya: punk di Indonesia (termasuk Jakarta) sudah menjadi sasaran komodifikasi industri (Iskandar Zulqarnain, 2004).
Band seperti Superman Is Dead (SID, dari Bali) menandatangi kontrak dengan perusahaan besar yaitu Sony Music Indonesia. Setelah kejatuhan Soeharto, arus globalisasi begitu deras merasuki komunitas punk Jakarta. Masuknya MTV melalui stasiun televisi lokal seperti ANTV dan Global TV memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan wacana mengenai punk. MTV juga bekerja sama dengan MRA company mendirikan majalah dan radio MTV Trax.
Selain kapitalisme, pengaruh internet juga sedikit banyak mempengaruhi proses interaksi dan sosialisasi komunitas punk di Jakarta. Generasi punk yang lahir pada periode ini tidak banyak mengalami interaksi dan sosialisasi antar sesama punk. Mereka mendapatkan informasi melalui internet dan media. Sebelumnya, generasi punk di Jakarta mengenal band-band punk melalui proses interaksi antar sesama. Sekarang, mereka yang menyatakan dirinya punk hanya mengambil acuan identitas melalui media seperti MTV. Seperti dicatat Iskandar Zulqarnain (2004), melalui MTV, band-band punk komersil Barat, seperti Blink 182 dan Sum 41, masuk membentuk wacana baru mengenai punk di Jakarta. MTV juga memberikan kesempatan bagi band-band punk yang menginginkan masuk televisi untuk dapat menayangkan video klipnya masing-masing. Band punk seperti SID dan Rockets Rockers menyatakan dengan jujur bahwa mereka ingin mendapatkan kesejahteraan lewat punk dengan sukarela melakukan sell-out menjual imej punk sebagai musik pembebasan demi uang (Iskandar Zulqarnain, 2004).
Di sisi lain, keberadaan internet toh memberikan energi positif bagi berkembangan komunitas punk di Jakarta. Melalui internet, hubungan direct contact dengan komunitas punk luar negeri maju pesat. Indonesia dan Jakarta mulai dikenal oleh komunitas punk dunia. Dengan sendirinya, komunitas punk Jakarta memasuki tataran interaksi yang semakin luas. Komunitas Jakarta Punk untuk pertama kalinya kedatangan kelompok band dari luar negeri, Wojcezh dari Jerman. Wojcezh bermain di acara street gigs di depan Pasar Festival Kuningan di Jakarta. Kehadiran Wojcezh di Jakarta merupakan hasil kerjasama teman-teman dari Malaysia-Singapura dengan orang-orang di komunitas Jakarta Punk.
Setelah Wojcezh, dari Jerman datang beberapa band dari luar negeri untuk bermain di Indonesia. Band seperti Battle of Disarm dan Power of Idea dari Jepang; Foco Protesta, Rambo dari Amerika; Phist Crist dari Australia; Topsiturfi dari Singapura, Second Combat band Hardcore dari Malaysia; Masseparation band Grindcore dari Malaysia, Young And Dangerous band Trashcore dari Malaysia, dan Cluster Bomb Unit band dari Jerman yang telah bermain di Jakarta sebanyak dua kali pada tahun 2005 dan 2006.
Kehadiran band-band luar negeri diatas tidak menggunakan bantuan dari sponsor perusahaan-perusahaan donor, seperti Djarum Super atau A Mild. Melalui kerjasama kolektif diantara kelompok-kelompok punk Jakarta, band-band luar negeri tersebut dapat bermain di Jakarta. Salah satu peristiwa penting adalah hadirnya band legendaris the Exploited yang telah eksis di komunitas punk Inggrissejak era 1980-an. Exploited hadir di Jakarta dalam tur Asia Tenggara. Di Indonesia, Exploited mengadakan konser di tiga kota yaitu Jakarta, Bandung dan Malang. Peristiwa lain yang menarik adalah konser yang diadakan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 2006 bertempat di Lapangan Bola Cirendeu. Konser berjalan baik tanpa sponsor yang mendukung acara tersebut.
Membaca Sejarah Komunitas Punk Jakarta
Keberadaan punk di Indonesia, khususnya di Jakarta, hadir melalui sebuah proses historis. Kenyataan ini jelas pertentangan dengan klaim yang melihat kehadiran punk di Indonesia a historis dan tanpa dasar yang kuat. Hasil terpenting dari rekonstruksi sejarah adalah ditemukannya periodisasi-periodisasi di dalam sejarah keberadaan punk di Jakarta. Setiap periode memiliki dinamika internal dan eksternalnya masing-masing. Di balik proses sejarah ini terdapat kontradiksi-kontradiksi internal di dalam perkembangan sejarah komunitas punk di kota Jakarta. Dengan kata lain, dari kenyataan historis ini, penulis berusaha untuk memahami sejarah komunitas punk secara kritis. Penulis setidaknya bisa mengidentifikasi tiga refleksi kritis terhadap komunitas Punk Jakarta sebagai sebuah gerakan counterculture:
Pertama, dari keempat periode sejarah terlihat bahwa punk sebagai gerakan perlawanan menemukan bentuk terbaiknya pada periode kedua. Namun, di sini pula terletak permasalahannya. Bila komunitas punk merupakan gerakan counterculture, maka konsistensi sikap politik komunitas punk Jakarta perlu dipertanyakan. Punk sebagai gerakan politik dapat dibaca lebih karena disebabkan oleh faktor infiltrasi gerakan PRD dan kondisi sosial-politik tahun 1997-1999 yang memungkinkan bukan hanya anak punk saja yang berpolitik atau berbicara politik, namun hampir semua orang di Jakarta dapat berbicara politik. Apalagi kondisi ini didorong oleh arus reformasi yang membuka kebebasan berbicara dan berekspresi. Kenyataan sikap politik yang lemah dari komunitas punk Jakarta didukung oleh menurunnya kerja-kerja ataupun pernyataan-pernyataan politik di dalam tindakan keseharian individu-individu didalamnya.
Periode berikutnya yaitu periode III mulai dari tahun 2001 sampai masa sekarang menunjukan secara perlahan bahwa komunitas punk Jakarta mengalami proses depolitisasi seiring dengan menurunnya aktifitas politik masyarakat pasca reformasi politik di tahun 1997-2000. Artinya, komunitas punk Jakarta mengalami stagnasi terhadap aktifitas politik riil. Dengan kata lain, komunitas punk Jakarta terjebak kedalam situasi dan kondisi a politis di dalam sikap dan tindakannya sebagai oposisi terhadap negara dan kapitalisme.
Kedua, perkembangan komunitas Punk Jakarta saat inp (saat tulisan ini dibuat) mengalami kondisi yang memprihatinkan. Banyak dari anggota komunitas punk Jakarta yang bekerjasama dengan institusi-institusi kapitalisme yang sebelumnya mereka klaim sebagai musuh mereka. Contoh peristiwa yang memicu kontroversi adalah masuknya Marjinal, sebuah band punk yang tergabung di dalam kelompok Taring Babi dari Jagakarsa-Depok, ke dalam liputan acara Urban Reality Show di RCTI. Selain itu Kelompok Taring Babi dan Marjinal juga terlibat sebagai figuran di dalam film Naga Bonar 2. Pada scene upacara bendara di film tersebut kita dapat melihat beberapa anak punk dari kelompok Taring Babi mengikuti upacara di film tersebut.
Hal ini menunjukan bahwa kesadaran kolektif komunitas punk Jakarta melemah. Selain itu, kenyataan ini menunjukan bahwa di dalam tubuh komunitas Punk Jakarta terdapat fragmentasi-fragmentasi di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Perlu ditekankan bahwa penulis menyadari bahwa komunitas tersebut sangat heterogen dan tidak berdiri secara monolitik.
Terakhir, punk secara ekonomi gagal dalam memberikan alternatif atau perlawanan ekonomi terhadap sistem kapitalisme. Bahkan kecendrungan mode of production yang dilakukan komunitas punk Jakarta memiliki benih-benih akumulasi modal di dalam kegiatan berproduksinya. Dengan kata lain, bila komunitas punk Jakarta tidak menyadari dan melakukan refleksi kritis terhadap aktifitas yang dilakukannya, maka tanpa disadari mode of production dari komunitas punk Jakarta yang selama ini dijalankan akan bergerak menuju hukum akumulasi kapital. Bila ini terjadi maka punk akan jatuh kedalam kematian tragisnya
Jumat, 28 Mei 2010
The Unseen
The Unseen is an American punk band that was formed in 1993 in Hingham, Massachusetts. One of the more prominent bands to play revivalist street punk, The Unseen were originally called The Extinct.
History
The Unseen was formed in Hingham, Massachusetts in 1993. They then moved to Boston, Massachusetts. Along with other street punk bands, they set out to revive the English street punk sound of the 1980s.[citation needed] The quintet also released a best-of compilation for the European market in June 2000 titled Totally Unseen: The Best Of The Unseen, which contained two previously unreleased tracks.
Before Mark Unseen, the band had lead singers including Paul Russo who left after the release of Explode; Tripp and Mark. Most shows would begin with Paul and Tripp singing lead and then the show would end with Paul playing drums and Mark singing lead.
Mark Unseen (real name: Mark Civitarese), who played drums on the band's first few albums, became the lead singer after Paul Russo's departure. He also formed and currently runs ADD Records. He briefly joined the Maine punk group A Global Threat as a second singer, and recorded the full-length What The Fuck Will Change? and Until We Die before deciding to concentrate on his duties with The Unseen. However shortly after his departure he and Unseen guitarist Scott along with Mike Graves and Peter Curtis (then both members of A Global Threat) formed Self Destruct. They released only one 7 inch EP entitled "Violent Affair" and played less than 10 shows but the musical style and lyrical content displayed on their one record would have great influence on all Unseen music to follow, helping to shape their future sound with Mark as lead singer. Mark has recently started a punk rock band called Ashers which has played a few shows.
There has been some controversy concerning the band, including allegations that in recent years they have "sold out". Also that the band should have called it quits after losing their original singer, Paul Russo. Most widely cited is the fact that The Unseen have produced music videos to air on commercial music video channels such as GMTV2, an avenue looked-down upon in the underground streetpunk scene and also goes against the political message of the first few albums. Darkbuster, a band from The Unseen's area of origin, even released a joke song called "I Hate The Unseen." Members of Darkbuster and The Unseen are friends.
They have toured Europe, North America, Australia, Japan, and Mexico with many punk heavyweights from The Bouncing Souls and Rancid to decidedly more hardcore outfits like Hatebreed and Sick of It All. Since the departure of Paul, the band has used many replacements on tour such as members from The Virus, Strike Anywhere, and F-Minus, however, recently, on their MySpace page, The Unseen have included a fifth band member, Jonny, an ex-guitarist of A Global Threat who was in the band at the same time as Mark.
2006 also saw the release of Tripp's book So This Is Readin'?, which details the life and hardships of being in an underground band with dry comedy. It started as a lengthy band history on the band's website, but after a few amusing "chapters" he was contacted by a publishing company to release it in book form.
In May 2006, The Unseen announced on their official website that they would begin writing their sixth studio full-length album during the summer of that year. The album, titled Internal Salvation, came out on July 10, 2007. The first song released from that album is a track titled "Right Before Your Eyes" which was followed up by the track "Break Away", of which the band shot a video for. In support of the new album, the band joined the thirteenth Warped Tour in 2007 and launched a US/Canada Tour in March 2008.
Members
* Mark Unseen - Drums, Vocals (1993-2003), Lead Vocals (2003-Present)
* Tripp Underwood - Bass guitar, Vocals (1993-Present)
* Scott Unseen - Lead Guitar, Vocals (1993-Present)
* Pat Melzard - Drums (2002-present)
* Jonny - Rhythm Guitar, Backing Vocals (2006-present)
Past members
* Paul Russo - Vocals, Rhythm Guitar, Drums, Bass (1995-1997, 1998-2003)
* Brian "Chainsaw" Riley - Rhythm Guitar, Vocals (1997-1999)
* Ambrose Nzams - Bass (1993)
* Marc Carlson - Vocals (1993-1995)
* Brad Logan
Studio albums
* Lower Class Crucifixion (1997) (originally released by VML Records, re-issued in 1998 by A-F Records)
* So This Is Freedom (1999) (A-F Records)
* The Anger & The Truth (2001) (BYO Records)
* Explode (2003) (BYO Records)
* State of Discontent (2005) (Hellcat Records)
* Internal Salvation (2007) (Hellcat Records)
Collections
* Totally Unseen: The Best Of The Unseen (2000) (Step-1 Records)
* The Complete Singles Collection 1994-2000 (2002) (Punkcore Records)
7" Vinyl
* Too Young To Know... Too Reckless To Care 7" (1995 Rodent Popsicle Records)
* Protect And Serve 7" (1996 VML records)
* Raise Your Finger Raise Your Fist 7" (1996 VML records)
* Tom and BootBoys Split 7" (1998 Pogo 77 records)
* Boston's Finest - Split 7" with Toxic Narcotic (1998 ADD/Rodent popsicle records)
Music videos
* False Hope from Explode
* Scream Out from State of Discontent
* You Can Never Go Home from State of Discontent
* Break Away from Internal Salvation
* Paint it Black (Originally from The Rolling Stones) from State of Discontent
The Casualties
The Casualties is an American punk band from New York City, New York,[citation needed] formed in 1990. Their musical style is usually classified as street punk or hardcore punk.
Contents
Biography
The Casualties members aimed to return to what they viewed as the "golden era" of street punk, embodied by bands such as The Exploited, Charged GBH and Discharge, which they believed had disappeared by 1985. During the early years, the lineup was stable. The initial lineup consisted of Colin and Jorge on vocals, Yureesh on drums, Hank on guitar, and Mark on bass. Colin stepped out for several months to finish his education while Rachel, Rivits' singer, took his place.
At this point, Colin, Jorge, Yureesh, and Mark put together a demo. Fred replaced Hank, but then Fred left to go to school, and Scott from C Squat filled in. Another guitarist, Steve, from Distraught, also filled in during this period. The EP 40 Oz. Casualty was recorded. By 1992, the band was touring and building up a fan base in NYC. In 1993, bassist Mark and guitarist Fred were replaced by Mike and Jake, respectively and Yureesh was replaced by Shawn on drums in 1994. In 1995, the band's second release, the "A Fuckin Way Of Life" E.P. was released on Eyeball Records. In 1996, Shawn left the band, and Meggers of the Rivits came to fill in and became the regular drummer. The line-up of Jorge, Jake, Mike and Meggers continued until 1997. Johnny (Of The Krays) served as bassist until 1999 (a position more permanently filled by Rick later that year).
The Casualties have continued to produce high-energy recordings and they have done US and international tours (e.g., Europe, Japan, and Mexico). Under Attack was released on SideOneDummy Records in 2006, and they toured virtually non-stop for 3 years year in support of the album. Their newest album, We Are All We Have, was released on the SideOneDummy label on August 25, 2009.
Current lineup
* Jorge Herrera- vocals (1990–present)
* Rick Lopez - bass (1999–present)
* Jake Kolatis - guitar (1993–present)
* Mark "Meggers" Eggers - drums (1995–present)
Past members
* Colin - vocals (1990–1994)
* Yureesh - drums (1990–1994)
* Hank - guitar (1990–1991)
* Mark - bass (1990–1993)
* Fred - guitar (1991-1993)
* Mike - bass (1993–1997)
* Tom - Bass (1998)
* johnny - bass (1997–1999)
* Shawn - drums (1993–1994)
* Mendhi- bass (1999)
Studio albums
* 1997: For the Punx
* 1998: Underground Army
* 2000: Stay Out of Order
* 2001: Die Hards
* 2004: On the Front Line
* 2005: En La Línea Del Frente
* 2006: Under Attack
* 2009: We Are All We Have
EPs
* 1992: 40 Oz. Casualty
* 1994: A Fuckin' Way Of Life
* 2000: Who's In Control?
Compilation albums
* 2001: The Early Years: 1990–1995
Live albums
* 1999: Live at the Fireside Bowl
* 2003: More at the Fireside Bowl
* 2007: Made in NYC
Various artists compilation appearances
* 1990: Benefit For Beer - "Political Sin"
* 1994 "Pogo Attack LP" - "25 Years To Late" - "For The Punx"
* 2003: Punx Unite - "Punx Unite"
* 2003: Warped Tour 2003 - "Made in N.Y.C."
* 2005: Punx Unite 2 - "Way of Life"
* 2004: AMP Magazine Presents: Volume 2-Street Punk - "Sounds From the Streets"
* 2005: Punx Unite-Leaders of Today - "Rebel"
* 2006: Warped Tour 2006 - "Under Attack"
* 2007: Take Action Tour 2007 - "VIP"
Videos
* 1998: Live At NewCastle Riverside
* 1998: Underground Army World Tour
* 2000: Nightmare
* 2001: Get Off My Back
* 2004: Tomorrow Belongs To Us
* 2006: Can't Stop Us
* 2006: On City Streets
* 2009: We Are All We Have
* ????: Ten Years of Destruction/Live at CBGB's
o This video was made and compiled by a close friend of The Casualties highlighting the early years of The Casualties, and includes an animated music video for 'Punk Rock Love'. It is now the rarest and oldest footage of The Casualties ever taped (Some of it even dating back to 1991), and used to be on some punk distribution sites like AngryYoungAndPoor.com and PunkUtopia.com, but was later pulled by the band themselves because of the "Can't Stop Us" DVD (or some other DVD) that supposedly would/will contain old, rare footage of them back in the early days.
Fotografi
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
Desain grafis
Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.
Daftar isi
Batasan Media
Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau desain multimedia.
Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan pemikiran tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.ehenm
Prinsip dan unsur desain
Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi ("proportion") dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas.
Peralatan desain grafis
Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah ide, akal, mata, tangan, alat gambar tangan, dan komputer. Sebuah konsep atau ide biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau dinyatakan dalam bentuk visual.
Pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi desainer pada manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D yang sebelumnya adalah merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis dengan komputer memungkinkan perancang untuk melihat hasil dari tata letak atau perubahan tipografi dengan seketika tanpa menggunakan tinta atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari media tradisional tanpa perlu menuntut banyak ruang.
Seorang perancang grafis menggunakan sketsa untuk mengeksplorasi ide-ide yang kompleks secara cepat, dan selanjutnya ia memiliki kebebasan untuk memilih alat untuk menyelesaikannya, dengan tangan atau komputer.
Daftar Software Desain Grafis
Ada beberapa software yang digunakan dalam desain grafis:
Desktop publishing
* Adobe Photoshop
* Adobe Illustrator
* Adobe Indesign
* Page Maker
* Coreldraw
* GIMP
* Inkscape
* Adobe Freehand
* Adobe image ready
* CorelDraw
Webdesign
* Macromedia Dreamweaver
* Microsoft Frontpage
* Notepad
* Adobe Photoshop
Audiovisual
* Adobe After Effect
* Adobe Premier
* Final Cut
* Adobe Flash, atau sebelumnya Macromedia Flash
* Ulead Video Studio
* Magic Movie Edit Pro
* Power Director
Rendering 3 Dimensi
* 3D StudioMax
* Maya
* AutoCad
* Google SketchUp
* Blender
Ilmu Komputer
Tesis Church-Turing menyatakan bahwa semua alat komputasi yang telah umum diketahui sebenarnya sama dalam hal apa yang bisa mereka lakukan, sekalipun dengan efisiensi yang berbeda. Tesis ini terkadang dianggap sebagai prinsip dasar dari ilmu komputer. Para ahli ilmu komputer biasanya menekankan komputer von Neumann atau mesin Turing (komputer yang mengerjakan tugas yang kecil dan deterministik pada suatu waktu tertentu), karena hal seperti itulah kebanyakan komputer digunakan sekarang ini. Para ahli ilmu komputer juga mempelajari jenis mesin yang lain, beberapa diantaranya belum bisa dipakai secara praktikal (seperti komputer neural, komputer DNA, dan komputer kuantum) serta beberapa diantaranya masih cukup teoritis (seperti komputer random and komputer oracle).
Ilmu Komputer mempelajari apa yang bisa dilakukan oleh beberapa program, dan apa yang tidak (komputabilitas dan intelegensia buatan), bagaimana program itu harus mengevaluasi suatu hasil (algoritma), bagaimana program harus menyimpan dan mengambil bit tertentu dari suatu informasi (struktur data), dan bagaimana program dan pengguna berkomunikasi (antarmuka pengguna dan bahasa pemrograman).
Ilmu komputer berakar dari elektronika, matematika dan linguistik. Dalam tiga dekade terakhir dari abad 20, ilmu komputer telah menjadi suatu disiplin ilmu baru dan telah mengembangkan metode dan istilah sendiri.
Departemen ilmu komputer pertama didirikan di Universitas Purdue pada tahun 1962. Hampir semua universitas sekarang mempunyai departemen ilmu komputer.
Penghargaan tertinggi dalam ilmu komputer adalah Turing Award, pemenang penghargaan ini adalah semua pionir di bidangnya.
Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
1. Aspek Landasan Hukum.
2. Aspek Kelembagaan dan SDM
3. Aspek Penerapan Teknologi dan Sistem Pelayanan
4. Aspek Demografis atau Kesadaran Masyarakat
5. Aspek Pengelolaan Data Penduduk atau Pembangunan Bank Data Kependudukan
Health Informatics - Implementasi sistem informasi klinik menurut kebutuhan dokter
Kunci sukses implementasi sistem informasi klinik diantaranya adalah memahami kebutuhan staf klinik dan mengerti strategi pengembangan sehingga mampu menjembatani adopsi dan pemanfaatan suatu teknologi baru (Hobbs).
Penerapan komputerisasi klinik mungkin mudah bagi dokter yang berusia lebih muda. Tetapi bagaimana dengan para dokter senior yang telah terbiasa dan nyaman dengan sistem berbasis kertas. Hal ini tentu memerlukan perhatian tersendiri.
Dengan harapan mengurangi kesalahan medis, menekan biaya, dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, beberapa pusat pelayanan kesehatan di Amerika Serikat mulai mengimplementasikan rekam medis elektronik.
Pengalaman Cedars-Sinai Medical Center, LA, California (Shabot, 2004) memberikan 10 pelajaran penting:
1. Kecepatan adalah segalanya
Tidak peduli indahnya desain, fitur, saran, atau sistem peringatan (alerts), yang lebih penting adalah kecepatan (waktu respon). Sehingga masih banyak sistem yang berjalan dengan DOS (berbasis teks).
2. Para dokter mengabaikan sistem peringatan
Padahal sistem peringatan dapat mengurangi medical error, tetapi karena kebutuhan akan kecepatan akses lebih diutamakan, maka sistem peringatan (misalnya peringatan akan adanya interaksi obat) cenderung diabaikan oleh dokter. Sistem peringatan ini masih digunakan oleh kalangan farmasi.
3. Memberikan informasi saat dibutuhkan
Dengan didukung sistem peringatan, informasi benar-benar disampaikan sesuai kebutuhan pengguna berupa pengingat singkat (reminder) tapi tetap menyertakan tautan (link) untuk informasi yang lebih lengkap.
4. Sesuai dengan alur kerja pengguna
Bukan hanya komputerisasi, tetapi mampu lebih dari itu. Para pengembang sebaiknya menyadari, kadang komputerisasi juga memperlambat proses. Jadi, sesuaikan dengan proses dan alur kerja yang ada. Sistem berbasis web Cedars-Sinai menampilkan data pasien terbaru dengan tautan ke laporan konsultasi, hasil radiologi, dan analisis gas rutin. Informasi dapat dioptimalisasi untuk menghemat waktu akses.
5. Respek terhadap otonomi dokter
Di tengah kesibukannya sehari-hari, para dokter dihadapkan pada suatu sistem informasi klinik yang baru, dan kadang bertentangan dengan otonomi praktiknya. Hal ini sering terjadi pada para dokter senior yang berusia lanjut. Otonomi ini berhubungan dengan adanya sistem peringatan komputer jika terjadi interaksi obat. Hal ini juga dianggap menghambat proses dan membuang waktu. Peresepan manual berbasis kertas dianggap lebih baik. Tetapi semuanya harus dilakukan demi kebaikan pasien dan dokter.
6. Pengawasan implementasi secara nyata dan respon dilakukan dengan segera
Tantangan terberat adalah manajemen perubahan pada manusianya. Implementasi sistem informasi klinik yang baru membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Biaya implementasi/pelatihan kadang lebih mahal dari harga perangkat keras dan lunak itu sendiri. Implementasi sebaiknya dituntaskan pada suatu unit, sambil mencari masukan untuk membentuk sistem baru menjadi lebih baik.
7. Hati-hati terhadap konsekuensi yang tidak diharapkan
Prosedural medikasi yang ditanamkan pada suatu sistem kadang terlalu detil sehingga dapat melelahkan (terutama) para perawat. Konsekuensi ini baiknya disesuaikan dengan prosedur manual yang ada dan dibicarakan dengan tim dokter.
8. Waspada akan kekurangan proses jangka panjang yang belum teratasi
Tidak semuanya dapat tergantikan oeh sistem. Saat proses registrasi memerlukan waktu tertentu sementara pasien harus segera diambil tindakan (masalah proses), dokter akan memesan perlengkapan medikasi dengan menggunakan nama sementara, tentu saja dengan tulisan tangan. Proses ini tidak tergantikan oleh komputer.
9. Jangan mengacaukan "magic nursing glue"
Sebelum komputerisasi, para perawat sering membantu tugas dokter dengan melengkapi status pasien yang belum lengkap, sehingga memudahkan pasien untuk pindah tahap perawatan selanjutnya. Dengan komputerisasi, proses ini menjadi terlalu detil dan spesifik. Sistem informasi klinik dapat mengganggu peran perawat.
10. Kecepatan adalah segalanya
Kembali, kecepatan adalah segalanya bagi pengguna klinik di tengah kesibukan masing-masing.
Kesuksesan implementasi sistem informasi klinik yang baru ditentukan oleh pemimpin yang baik dan pengikut yang baik pula.
IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI PADA DINAS SOSIAL PROVINSI LAMPUNG
Gambaran Umum
Dinas Sosial Provinsi Lampung merupakan salah satu perangkat daerah yang berada di Propinsi Lampung, sesuai dengan Perda Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung. Dinas Sosial Provinsi mempunyai Tugas dan Fungsi sebagaimana tercantum dalam Keputusan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2008, yaitu:
Melaksanakan urusan pemerintahan provinsi di bidang sosial berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan perarturan perundang-undangan yang berlaku.
Dinas Sosial terdiri dari:
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris Dinas
3. Kabid Bina Program
4. Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
5. Kepala Bidang Bantuan Sosial
6. Kepala Bidang Pengambangan dan Pemberdayaan Sosial
7. 3 UPTD ( PSPLU, PSBAAR, PSPRPCN )
8. Staff
Dinas Sosial mempunyai pegawai sebanyak 219 orang, yang terdiri dari:
- 30 Pejabat Struktural
- 19 Pejabat Fungsional
- Non Struktural Umum 170 orang
Aktivitas kegiatan Dinas Sosila Propinsi Lampung meliputi :
1. Aktivitas/Kegiatan Fisik
2. Aktivitas//Kegiatan Non Fisik
Ad. 1, Aktivitas Fisik.
Aktivitas yang hasil kegiatannya ada bentuk fisiknya
Misal: pengadaan jenis Peralatan
Ad.2. Aktivitas Non Fisik.
Aktivitas dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan, wawasan dan pengalaman sasaran kegiatan sehingga sasaran tersebut dapat mengetahui, mengerti , memahami dan termotivasi serta dapat diterapkan bagi dirinya atau bagi orang lain yang menjadi binaannya.
Sasaran Kegiatan/aktivitas Dinas Sosial Propinsi Lampung:
1. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
2. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Ad.1. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Adalah Keluarga / individu yang dalam kehidupannya mengalami tantangan orang tersebut tidak dapat hidup layak seperti orang lannya sebagai machluk Sosial, misal: Orang terlantar, arang cacat, orang jumpo, ex narapidana , Narkoba dan lain-lainnya.
Ad. 2. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Adalah orang-orang yang memiliki potensi dan diberdayakan untuk membanti Dinas Sosial dalam menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial .
Misalnya: Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat, Orsos dan lain-lain.
Saya bekerja pada Dinas Sosial Provinsi Lampung, baru lima bulan terhitung mulai tanggal 4 April 2008, yang diperbantukan pada Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Sebelumnya saya bekerja di Kota Metro terakhir pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Metro sebagai Kabid Penelitian dan Pengembangan Pembangunan.
Implementasi
Berdasarkan pengamatan saya selama bekerja pada Dinas Sosial Provinsi Lampung, dalam melaksanakan tugas dan fungsi sehari-hari, telah mempergunakan sarana teknologi informasi berupa komputer , fasilitas internet, Faximil, LCD dan Overhead Proyektor.
Aktivitas dari pada Dinas Sosial semua telah mempergunakan Komputer dan Internet terutama dalam menghimpung data, pengolahan data , Informasi dan penyelenggaraan
administrasi .
Teknologi tersebut sangat bermanfaat baik bagi Pimpinan maupun bagi staf sebab dapat mempercepat aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan yang dibutuhkan.
Adapun Keuntungan dalam mempergunakan Teknologi Informasi:
1. Mendukung pimpinan dalam pengambilan keputusan.
2. Mempercepat proses dalam pelaksanaan kegiatan.
3. Mempermudah komunikasi antar atasan dengan bawahan dan dengan organisasi lainnya.
4. Efektif dan Efisien .
5. Merubah Cara Kerja
6. Datanya Akurat.
7. Nyaman dalam penyimpanan data.
8. Mudah dalam memproleh data dalam rangka pelayanan
9. Secara flexibel menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.
Fasilitas-fasilitas tersebut pada Dinas Sosial masih sangat terbatas keberadaannya. Komputer baru memiliki 12 unit yang banyak digunakan untuk aktivitas sehari-hari kantor, sedangkan untuk internet menggunakan satu jaringan dengan sistem kabel Lan dan terbatas pada sebagian unit komputer saja dan belum dapat digunakan bagi para pengguna laptop karena tidak adanya jaringan Wi-fi/ Hot Spot Area serta pada dinas juga .belum memiliki jaringan On line antar bidang sehingga data dari masing-masing bidang masih berada pada masing-masing bidangnya, hal ini disebabkan keterbatasan pengalokasian dana yang tersedia
Penggunaan Teknologi Informasi ini pada Dinas Sosial Belum optimal karena:
- Sumber daya pengelolaan jaringan internet pada Dinas Sosial Propinsi Lampung hanya memiliki satu orang.
- Jaringan Internet mempergunakan jaringan kabel LAN belum bisa dimanfaatkan oleh seluruh jenis unit komputer
- Belum tersedianya jaringan on line antar Komputer yang menghubungkan antar bidang di Dinas Sosial sehingga apabila bidang-bidang lain diluar bidang pengelola akan membutuhkan data tidak dapat dengan langsung diperoleh melalui jaringan, melainkan harus menghubungi bidang yang bersangkutan.
- Pengelola Komputer maupun Internet tidak berada ditempat ( server/ pengelola) atau berhalangan akan menunda pekerjaan, sedangkan pada saat itu sistem sangat dibutuhkan/ dalam keadaan mendesak maka solusinya menggunakan sarana teknologi informasi diluar kantor (Rental).
- Masih terbatasnya pengalokasian dana dan sarana yang dimiliki.
Kesimpulan
Dinas Sosial Propinsi Lampung merupakan salah satu perangkat daerah propinsi lampung yang dimuat dalam Perda Propinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2007 yang mempunyai tugas dn fungsi dituangkan dalam Keputusan Gubernur Nomor 17 tahun 2008 ?Melaksanakan urusan pemerintahan provinsi di bidang sosial berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan perarturan perundang-undangan yang berlaku.?
Dinas Sosial dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas yang dituangkan dalam kegiatan sehari-hari telah menggunakan Teknolgi Informasi berupa :Komputer, Internet,LCD, Faximil Overhead Proyektor, namun belum optimal.
hal ini disebabkan:
- Sumber daya pengelolaan jaringan internet pada Dinas Sosial Propinsi Lampung hanya memiliki satu orang.
- Jaringan Internet mempergunakan jaringan kabel LAN belum bisa dimanfaatkan oleh seluruh jenis unit komputer.
- Belum tersedianya jaringan on line antar Komputer yang menghubungkan antar bidang di Dinas Sosial sehingga apabila bidang-bidang lain diluar bidang pengelola akan membutuhkan data tidak dapat dengan langsung diperoleh melalui jaringan, melainkan harus menghubungi bidang yang bersangkutan.
- Pengelola Komputer maupun Internet tidak berada ditempat ( server/ pengelola) atau berhalangan akan menunda pekerjaan, sedangkan pada saat itu sistem sangat dibutuhkan/ dalam keadaan mendesak maka solusinya menggunakan sarana teknologi informasi diluar kantor (Rental).
- Masih terbatasnya pengalokasian dana dan sarana yang dimiliki.
Adapun Keuntungan dalam mempergunakan Teknologi Informasi:
- Mendukung pimpinan dalam pengambilan keputusan.
- Mempercepat proses dalam pelaksanaan kegiatan.
- Mempermudah komunikasi antar atasan dengan bawahan dan dengan organisasi lainnya.
- Efektif dan Efisien .
- Merubah Cara Kerja
- Datanya Akurat.
- Nyaman dalam penyimpanan data.
- Mudah dalam memproleh data dalam rangka pelayanan
- Secara flexibel menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.